HALUSINASI
DI SUSUN OLEH :
1.
RENNY BERTILIA
2.
RETNO DIAN PALUPI
3.
RINA WINDARI
4.
RIZKA SAFITRI
TINGKAT II NON REGULER 2
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
POLTEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penyusun masih diberi
kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
yang berjudul ”Halusinasi” ini disusun untuk memenuhi tugas mahasiswa dari mata
kuliah Keperawatan Jiwa Idi
Jurusan Keperawatan Tanjungkarang.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Sulastri dosen mata kuliahKeperawatan Jiwa I
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya makalah
ini.
2. Rekan-rekan dan semua pihak yag telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun
harapkan demi kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa
khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan
sebagai bahan untuk menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan
pembaca.
Bandar
Lampung, 15 September 2013
Penyusun
DAFTAR
ISI
Halaman
Judul......................................................................................................... 1
Kata
Pengantar........................................................................................................ 2
Daftar
Isi................................................................................................................... 3
BAB
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 5
1.2 Rumusan
Masalah............................................................................................... 5
1.3 Tujuan Masalah ......................................................................................... .. 5
BAB
II. LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian........................................................................................................... 6
2.1.1 Persepsi............................................................................................. ........ 6
2.1.2 Halusinasi ........................................................................................ ........ 6
2.1.3 Konsep dasar halusinasi.................................................................... ........ 6
2.2.4 Etiologi............................................................................................. ........ 6
2.3.5 Psikopatologi.................................................................................... ........ 7
2.4.6 Manifestasi Klinik............................................................................ ........ 7
2.2 Asuhan Keperawatan Gangguan Halusinasi.............................................. ........ 8
2.3 Diagnosa Keperawatan........................................................................................ 10
2.4 Perencanaan Tindakan......................................................................................... 10
BAB
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................... 19
3.2 Saran.................................................................................................................... 19
DAFTAR
PUSTAKA..................................................................................... 20
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Halusinasi
merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi.Bentukhalusinasi ini
bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang palingsering
berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna.Biasanya
kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau yangdialamatkan
pada pasien itu.Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengansuara
halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar
ataubicara keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau
bibirnyabergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari
setiaptubuh atau diluar tubuhnya.Halusinasi ini kadang-kadang menyenangkan
misalnyabersifat tiduran, ancaman dan lain-lain.
Persepsimerupakan
respon dari reseptor sensoris terhadap stimulus esksternal,juga pengenalan dan
pemahaman terhadap sensoris yang diinterpretasikan olehstimulus yang
diterima.Jika diliputi rasa kecemasan yang berat maka kemampuanuntuk menilai
realita dapat terganggu.Persepsi mengacu pada respon reseptorsensoris terhadap
stimulus. Persepsi juga melibatkan kognitif dan pengertianemosional akan objek
yang dirasakan. Gangguan persepsi dapat terjadi pada prosessensori penglihatan,
pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan.
Menurut
May Durant Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat ditemukanpada pasien
gangguan jiwa seperti: Skizoprenia, Depresi, Delirium dan kondisi
yangberhubungan dengan penggunaan alcohol dan substansi lingkungan.Berdasarkan
hasil pengkajian pada pasien dirumah sakit jiwa Medan ditemukan85% pasien
dengan kasus halusinasi.
Sehingga
penulis merasa tertarik untuk menuliskasus tersebut dengan pemberian Asuhan
keperawatan mulai dari pengkajian sampaidengan evaluasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan persepsi ?
2. Apa yang dimaksud dengan halusinasi ?
3. Apa yang dimaksud dengan psikopatologi ?
4. Bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan jiwa kepada
klien ?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui devinisi persepsi
2. Untuk mengetahui devinisi halusinasi
3. Untuk mengetahui devinisi psikopatologi
4. Untuk mengetahui cara memberikan asuhan keperawatan jiwa
kepada klie
BAB II
LANDASAN
TEORI
A. KONSEP DASAR GANGGUAN PERSEPSI SENSORI :
HALUSINASI
2. 1.
PENGERTIAN
2.1.1 Persepsi
Adalah proses
diterimanya rangsang sampai rangsang itu disadari dandimengerti
penginderaan/sensasi : proses penerimaan rangsang. Jadigangguan persepsi adalah
ketidakmampuan manusia dalam membedakanantara rangsang yang timbul dari sumber
internal seperti pikiran, perasaan,sensasi somatik dengan impuls dan stimulus
eksternal.Dengan maksudbahwa manusia masih mempunyai kemampuan dalam
membandingkan danmengenal mana yang merupakan respon dari luar dirinya.Manusia
yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antarafantasi dan kenyataaan.
Mereka dalap menggunakan proses pikir yanglogis, membedakan dengan pengalaman
dan dapat memvalidasikan sertamengevaluasinya secara akurat. Jika ego diliputi
rasa kecemasan yangberat maka kemampuan untuk menilai realitas dapat
terganggu.Persepsimengacu pada respon reseptor sensoris terhadap stimulus
eksternal.Misalnya sensoris terhadap rangsang, pengenalan dan pengertian
akanperasaan seperti : ucapan orang, objek atau pemikiran. Persepsimelibatkan
kognitif dan pengertian emosional akan objek yang dirasakan.Gangguan persepsi
dapat terjadi pada proses sensoris dari pendengaran,penglihatan, penciuman,
perabaan dan pengecapan. Gangguan ini dapatbersifat ringan, berat, sementara
atau lama. (Harber, Judith, 1987, hal725)
2.1.2 Halusinasi
Merupakan salah satu
gangguan persepsi, dimana terjadi pengalamanpanca indera tanpa adanya rangsangan
sensorik (persepsi indra yangsalah). Menurut Cook dan Fotaine (1987),
halusinasi adalah persepsisensorik tentang suatu objek, gambaran dan pikiran
yang sering terjaditanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua systempenginderaan
(pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan ataupengecapan), sedangkan
menurut Wilson (1983), halusinasi adalahgangguan penyerapan/persepsi panca
indera tanpa adanya rangsangan dariluar yang dapat terjadi pada sistem
penginderaan dimana terjadi pada saatkesadaran individu itu penuh dan baik.
Maksudnya rangsangan tersebutterjadi pada saat klien dapat menerima rangsangan
dari luar dan dariindividu. Dengan kata lain klien berespon terhadap rangsangan
yang tidaknyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan.
E T I O L O G I
Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi dapat
terjadi padaklien dengan gangguan jiwa seperti skizoprenia, depresi atau
keadaandelirium, demensia dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaanalkohol
dan substansi lainnya. Halusinasi adapat juga terjadi denganepilepsi, kondisi
infeksi sistemik dengan gangguan metabolik. Halusinasijuga dapat dialami
sebagai efek samping dari berbagai pengobatan yangmeliputi anti depresi, anti
kolinergik, anti inflamasi dan antibiotik,sedangkan obat-obatan halusinogenik
dapat membuat terjadinya halusinasisama seperti pemberian obat diatas.
Halusinasi dapat juga terjadi pada saat
2.1.3.
PSIKOPATOLOGI
Halusinasi merupakan
bentuk yang paling sering dari gangguanpersepsi.Bentuk halusinasi ini bisa berupa
suara-suara yang bising ataumendengung, tapi yang paling sering berupa
kata-kata yang tersusun dalambentuk kalimat yang agak sempurna.Biasanya kalimat
tadi membicarakanmengenai keadaan pasien sendiri atau yang dialamatkan pada
pasien itu,akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi
itu.Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap mendengar atau
bicara-bicarasendiri atau bibirnya bergerak-gerak.Psikopatologi dari halusinasi
yang pasti belum diketahui. Banyak teoriyang diajukan yang menekankan
pentingnya faktor-faktor psikologik,fisiologik dan lain-lain.Ada yang
mengatakan bahwa dalam keadaan terjagayang normal otak dibombardir oleh aliran
stimulus yang yang datang daridalam tubuh ataupun dari luar tubuh.Input ini
akan menginhibisi persepsiyang lebih dari munculnya ke alam sadar.Bila input
ini dilemahkan atautidak ada sama sekali seperti yang kita jumpai pada keadaan
normal ataupatologis,maka materi-materi yang ada dalam unconsicisus atau preconsciousbisa
dilepaskan dalam bentuk halusinasi.Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi
dimulai dengan adanyakeinginan yang direpresi ke unconsicious dan kemudian
karena sudah retaknyakepribadian dan rusaknya daya menilai realitas maka
keinginan tadidiproyeksikan keluar dalam bentuk stimulus eksterna.
MANIFESTASI KLINIK
Tahap I
·
Menyeringai atau tertawa yang tidak
sesuai
·
Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan
suara
·
Gerakan mata yang cepat
·
Respon verbal yang lambat
·
Diam dan dipenuhi sesuatu yang
mengasyikkan
Tahap II
·
Peningkatan sistem saraf otonom yang
menunjukkan ansietas misalnyapeningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah
·
Penyempitan kemampuan konsenstrasi
·
Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan
mungkin kehilangan kemampuanuntuk membedakan antara halusinasi dengan realitas.
Tahap III
·
Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang
diberikan oleh halusinasinya daripada menolaknya
·
Kesulitan dalam berhubungan dengan orang
lain
·
Rentang perhatian hanya beberapa menit
atau detik
·
Gejala fisik dari ansietas berat seperti
berkeringat, tremor,ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk
Tahap IV
·
Prilaku menyerang teror seperti panik
·
Sangat potensial melakukan bunuh diri
atau membunuh orang lain
·
Kegiatan fisik yang merefleksikan isi
halusinasi seperti amuk, agitasi,menarik diri atau katatonik
·
Tidak mampu berespon terhadap petunjuk
yang kompleks
·
Tidak mampu berespon terhadap lebih dari
satu orang
B. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI
SENSORI :
HALUSINASI
Klien yang mengalami halusinasi sukar untuk
mengontrol diri dan sukaruntuk berhubungan dengan orang lain. Untuk itu perawat
harus mempunyaikesadaran yang tinggi agar dapat mengenal, menerima dan
mengevaluasiperasaan sendiri sehingga dapat menggunakan dirinya secara
terapeutik dalammemberikan asuhan keperawatan terhadap klien halusinasi perawat
harusbersikap jujur, empati, terbuka dan selalu memberi penghargaan namun
tidakboleh tenggelam juga menyangkal halusinasi yang klien alami.
Asuhankeperawatan tersebut dimulai dari tahap pengkajian sampai dengan
evaluasi.
1. Pengkajian
Pada tahap ini perawat menggali faktor-faktor yang
ada dibawah ini yaitu :
a. Faktor predisposisi.
Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan
jumlah sumber yangdapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi
stress.Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya, mengenai factorperkembangan
sosial kultural, biokimia, psikologis dan genetik yaitu factorresiko yang
mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapatdibangkitkan oleh individu untuk
mengatasistress.
b. Faktor
Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan
hubunganinterpersonal terganggu maka individu akan mengalami stress
dankecemasan
c. Faktor
Sosiokultural
Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan
seorang merasadisingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat klien
dibesarkan.
d. Faktor
Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan
jiwa. Denganadanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam
tubuhakan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimiaseperti Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP)
Prilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa
curiga, ketakutan,perasaan tidak aman, gelisah dan bingung, prilaku merusak
diri, kurangperhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak
dapatmembedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut Rawlins danHeacock, 1993
mencoba memecahkan masalah halusinasi berlandaskanatas hakekat keberadaan
seorang individu sebagai mahkluk yang dibangunatas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual
sehingga halusinasi dapatdilihat dari lima dimensi yaitu :
1. Dimensi Fisik
Manusia dibangun oleh sistem indera untuk
menanggapirangsang eksternal yang diberikan oleh lingkungannya.Halusinasi
dapatditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luarbiasa,
penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasialkohol dan kesulitan
untuk tidur dalam waktu yang lama.
2. Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem
yang tidakdapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi.Isi
darihalusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan.Klien tidaksanggup
lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisitersebut klien berbuat
sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3. Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa
individudengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego.Pada
awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untukmelawan impuls yang
menekan, namun merupakan suatu hal yangmenimbulkan kewaspadaan yang dapat
mengambil seluruh perhatianklien dan tak jarang akan mengontrol semua prilaku
klien.
4. Dimensi Sosial
Dimensi sosial pada individu dengan halusinasi
menunjukkanadanya kecenderungan untuk menyendiri. Individu asyik
denganhalusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhikebutuhan
akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidakdidapatkan dalam
dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem controloleh individu tersebut,
sehingga jika perintah halusinasi berupaancaman, dirinya atau orang lain
individu cenderung untuk itu. Olehkarena itu, aspek penting dalam melaksanakan
intervensi keperawatanklien dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang
menimbulkanpengalaman interpersonal yang memuaskan, serta mengusakan klientidak
menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi denganlingkungannya dan
halusinasi tidak berlangsung.
5. Dimensi Spiritual
Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial,
sehinggainteraksi dengan manusia lainnya merupakan kebutuhan yangmendasar. Pada
individu tersebut cenderung menyendiri hingga prosesdiatas tidak terjadi,
individu tidak sadar dengan keberadaannya danhalusinasi menjadi sistem kontrol
dalam individu tersebut. Saathalusinasi menguasai dirinya individu kehilangan
kontrol kehidupandirinya.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Masalah yang dapat dirumuskan pada umumnya bersumber
dari apayang klien perlihatkan sampai dengan adanya halusinasi dan perubahan
yangpenting dari respon klien terhadap halusinasi.
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi pad
aklien denganhalusinasi adalah sebagai berikut :
a. Resiko
perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungandengan
halusinasi
b. Perubahan
persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik diri
c. Isolasi
sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
d.
Defisit perawatan diri :
Mandi/kebersihan berhubungan denganketidakmampuan dalam merawat diri
e. Perubahan
proses pikir : Waham berhubungan dengan harga diri rendahkronis
f. Penatalaksanaan
regimen terapeutik inefektif berhubungan dengan kopingkeluarga takefektif
g. Kerusakan
komunikasi verbal
h. Gangguan
pola tidur berhubungan dengan halusinasi
i.
Koping individu tidak efektif
PERENCANAAN
TINDAKAN
Resiko
perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungandengan
halusinasi
Tujuan Umum : Tidak terjadi perilaku kekerasan pada
diri sendiri dan oranglain.
Tujuan khusus :
1. Klien
dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien
dapat mengenal halusinasinya
3. Klien
dapat mengontrol halusinasinya
4. Klien
mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya
5. Klien
dapat menggunakan obat untuk mengontrol halusinasinya
Kriteria Evaluasi :
Klien dapat :
1. Mengungkapkan
perasaannya dalam keadaan saat ini secara verbal
2. Menyebutkan
tindakan yang biasa dilakukan saat halusinasi, caramemutuskan halusinasi dan
melaksanakan cara yang efektif bagi klienuntuk digunakan
3. Menggunakan
keluarga untuk mengontrol halusinasi dengan cara seringberinteraksi dengan
keluarga
4. Menggunakan
obat dengan benar
Intervensi :
1.1.
Bina Hubungan saling percaya
·
Salam terapeutik
·
Perkenalkan diri
·
Jelaskan tujuan interaksi
·
Ciptakan lingkungan yang tenang
·
Buat kontrak yang jelas
1.1. Beri
kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
1.2. Dengarkan
ungkapan klien dengan empati
1.3. Adakan
kontak secara singkat tetapi sering secara bertahap (waktudisesuaikan dengan
kondisi klien)
1.4. Observasi
tingkah laku : verbal dan non verbal yang berhubungandengan halusinasi
1.5. Jelaskan
pada klien tanda-tanda halusinasi dengan menggambarkantingkah laku halusinasi
1.6. Identifikasi
bersama klien situasi yang menimbulkan dan tidakmenimbulkan halusinasi, isi,
waktu, frekuensi
1.7. Beri
kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya saatalami halusinasi.
1.8. Identifikasi bersama klien tindakan yang
dilakukan bila sedangmengalami halusinasi.
1.9. Diskusikan cara-cara memutuskan halusinasi
1.10. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
caramemutuskan halusinasi yang sesuaidengan klien
1.11. Anjurkan klien untuk mengikuti terapi
aktivitas kelompok
b.
Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik diri
Tujuan Umum :
Klien mampu mengontrol halusinasinya
Tujuan Khusus :
1. Klien
mampu membina hubungan saling percaya
2. Klien
mampu mengenal prilaku menarik dirinya, misalnya menyebutkanperilaku menarik
diri
3. Klien
mampu mengadakan hubungan/sosialisasi dengan orang lain :perawat atau klien lain
secara bertahap
4. Klien
dapat menggunakan keluarga dalam mengembangkankemampuan berhubungan dengan
orang lain
Kriteria Evaluasi :
1. Klien
dapat dan mau berjabat tangan. Dengan perawat maumenyebutkan nama, mau memanggil
nama perawat dan mau dudukbersama
2. Klien
dapat menyebutkan penyebab klien menarik diri
3. Klien
mau berhubungan dengan orang lain
4. Setelah
dilakukan kunjungan rumah klien dapat berhubungan secarabertahap dengan
keluarga
Intervensi :
1.1. Bina hubungan saling percaya
·
Buat kontrak dengan klien
·
Lakukan perkenalan
·
Panggil nama kesukaan
·
Ajak klien bercakap-cakap dengan ramah
2.1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik
diri dan tanda-tandanya serta beri kesempatan pada klien mengungkapkanperasaan
penyebab klien tidak mau bergaul/menarik diri
2.2. Jelaskan pada klien tentang perilaku menarik
diri, tanda-tanda sertayang mungkin jadipenyebab
c.
Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
Tujuan Umum :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secarabertahap
Tujuan Khusus :
Klien dapat :
1. Mengidentifikasi
kemampuan yang dimiliki
2. Menilai
kemampuan diri yang dapat dipergunakan
3. Klien
mampu mengevaluasi diri
4. Klien
mampu membuat perencanaan yang realistik untuk dirinya
5. Klien
mampu bertanggung jawab dalam tindakan
Kriteria Evaluasi :
1. Klien
dapat menyebut minimal 2 aspek positip dari segi fisik
2. Klien
dapat menyebutkan koping yang dapat digunakan
3. Klien
dapat menyebutkan efektifitas koping yang dipergunakan
4. Klien
mampu memulai mengevaluasi diri
5. Klien
mampu membuat perencanaan yang realistik sesuai dengankemampuan yang ada pada
dirinya
6. Klien
bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang dilakukan sesuaidengan rencanan
Intervensi :
1.1. Dorong
klien untuk menyebutkan aspek positip yang ada padadirinya dari segi fisik
1.2. Diskusikan
dengan klien tentang harapan-harapannya
1.3. Diskusikan
dengan klien keterampilannya yang menonjol selama dirumah dan di rumah sakit
1.4. Berikan
pujian
d.
Defisit perawatan diri : Mandi / kebersihan diri berhubungan denganketidak
mampuan dalam merawat diri
Tujuan Umum :
Klien mampu melaksanakan perawatan diri dengan baiksehingga
penampilan diri adekuat
Tujuan Khusus :
Klien mampu :
1. Menjelaskan
arti, tujuan, tanda-tanda kebersihan diri
2. Mengidentifikasi
kebersihan dirinya
3. Menjelasakan
cara-cara membersihkan dirinya
4. Melakukan
perawatan diri dengan bantuan perawat
5. Melakukan
perawatan diri secara mandiri
6. Memberdayakan
sistem pendukung untuk meningkatkan perawatan diri
Kriteria Evaluasi :
Klien mampu :
1. Menyebutkan
arti kebersihan diri
2. Menyebutkan
tujuan kebersihan diri (untuk memelihara kesehatantubuh dan badan terasa
segar/nyaman)
3. Menyebutkan
tanda-tanda kebersihan diri : kulit tidak ada daki dantidak berbau, rambut
tidak ada ketombe, kutu, tidak ada bau dantersisir rapi, kuku pendek dan
bersih, mulut/gigi tidak bau, genitaliatidak gatal dan mata tidak ada kotoran
4. Menilai
keadaan kebersihan dirinya
5. Menyebutkan
cara-cara membersihkan diri dari rambut sampai kaki
6. Mendemonstrasikan
cara membersihkan diri secara benar denganbantuan perawat
7. Melakukan
perawatan diri secara mandiri dengan benar dan tersusunjadwal kegiatan untuk
kebersihan diri
8. Keluarga
mampu menyebutkan cara meningkatkan kebersihan diri kliendan keluarga dapat
membantu/terlibat aktif dalam memeliharakebersihan diri
Intervensi :
1.1. Dorong
klien untuk menyebutkan arti, tujuan dan tanda-tandakebersihan diri
1.2. Diskusikan
tentang arti, tujuan, tanda-tanda kebersihan diri
1.3. Dengarkan
keluahan klien dengan penuh perhatian dan empati
1.4. Berikan
pujian apabila klien menyebutkan secara benar
e.
Perubahan proses pikir : Waham somatis berhubungan dengan harga dirirendah
kronis
Tujuan Umum :
Klien mampu berhubungan dengan orang lain tanpamerasa
rendah diri
Tujuan Khusus :
1. Klien
dapat memperluas kesadaran diri
2. Klien
dapat menyelidiki dirinya
3. Klien
dapat mengevaluasi dirinya
4. Klien
dapat membuat rencana yang realistis
5. Klien
mendapat dukungan keluarga yang meningkatkan harga dirinya
Kriteria Evaluasi :
1. Klien
dapat menyebutkan kemampuan yang ada pada dirinya setelah 1kali pertemuan
2. Klien
dapat menyebutkan kelemahan yang dimiliki dan tidak menjadihalangan untuk
mencapai keberhasilan
3. Klien
dapat menyebutkan cita-cita dan harapan yang sesuai dengankemampuannya setelah
1 kali pertemuan
4. Klien
dapat menyebutkan keberhasilan yang pernah dialami setelah 1kali pertemuan
5. Klien
dapat menyebutkan kegagalan yang pernah dialami setelah 4 kalipertemuan
6. Klien
dapat menyebutkan tujuan yang ingin dicapai setelah 1 kalipertemuan
7. Klien
dapat membuat keputusan dan mencapai tujuan setelah 1 kalipertemuan
8. Keluarga
dapat menyebutkan tanda-tanda harga diri rendah :
·
Mengatakan diri tidak berharga
·
Tidak berguna dan tidak mampu
·
Pesimis
·
Menarik diri dari realita
9. Keluarga
dapat berespon dan memperlakukan klien dengan harga dirirendah secara tepat
setelah 2 kali pertemuan
Intervensi :
1. Diskusikai
dengan klien kelebihan yang dimiliknya
2. Diskusikan
kelemahan yang dimilik klien
3. Beritahu
klien bahwa manusia tidak ada yang sempurna,semua memiliki kelebihan dan
kekurangan
4. Beritahu
klien bahwa kekurangan bisa ditutup dengankelebihan yang dimiliki
5. Anjurkan
klien untuk lebih meningkatkan kelebihan yangdimiliki
6. Beritahukan
klien bahwa ada hikmah dibalik kekuranganyang dimiliki
7. Diskusikan
dengan klien ideal dirinya : Apa harapanselama di RS, rencana klien setelah
pulang dan apa cita-cita yang ingin dicapai
f.
Penatalaksanaan regimen teraupetik inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat klien
Tujuan Umum :Penatalaksanaan regimen teraupetik
efektif
Tujuan Khusus:
1. Keluarga
dapat mengetahui masalah yang ditemukan dalam merawatklien di rumah dengan cara
mengungkapkan perasaannya
2. Keluarga
dapat mengambil keputusan untuk melakukan tindakankesehatan dalam merawat klien
dengan mengidentifikasikan sumber-sumber koping yang dimiliki
3. Keluarga
dapat menggunakan koping yang telah dipilih dalam merawatanggota keluarga yang
sakit
4. Keluarga
dapat memodifikasi lingkungan keluarga yang sehat dalammerawat klien di rumah
5. Keluarga
dapat memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang adadi masyarakat
Kriteria Evaluasi :
1. Keluarga
mengungkapkan perasaannya secara verbal
2. Keluarga
mengidentifikasi sumber-sumber koping yang ada
3. Keluarga
mengungkapkan secara verbal koping apa yang akan dipilih
4. Keluarga
mengidentifikasi lingkungan yang sehat dalam merawat klien
5. Keluarga
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang adadimasyarakat.
Intervensi :
1.1. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga
dan anggota
keluarga yang lain :
·
Terima anggota keluarg apa adanya
·
Dengarkan keluhan keluarga dengan empati
·
Hindari respon mengkritik/menyalahkan
saat keluargamengekspresikan perasaannya
1.2. Buat kontrak dengan keluarga untuk bertemu
(home visite) yaitu :
·
Jelaskan tujuan kunjungan
·
Jelaskan identitas perawat
1.3. Dorong keluarga untuk mengespresikan
perasaannya dalammerawat klien
1.4. Jelaskan pada keluarga tentang berbagai
cara yang adaptif dalammerawat klien seperti :
· Bersikap
asertif
· Komunikasi
terbuka
· Tidak
bermusuhan/mengkritik
Memenuhi kebutuhan klien yang masih dapat
ditoleransi seperti :
· pakaian,
alat-alat kebersihan diri
· Libatkan
klien dalam kegiatan keluarga
1.5. Motivasi keluarga untuk menerima klien
apa adanya dengan cara :
· Tidak
mengeluarkan kata-kata yang mengejek dan merendahkan
· Membantu
klien dalam diskusi keluarga
· Menghargai
klien dan memuji setiap usaha yang adaptif
g.
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan menarik diri
Tujuan Umum :
Pasien dapat menunjukkan kemampuan dalam melakukankomunikasi
verbal dengan perawat dan sesama pasiendalam suatu lingkungan sosial dengan
cara yang tepat
Tujuan Khusus :
1. Pasien
dapat menunjukkan kemampuan untuk bertahan pada satu topik
2. Pasien
dapat menggunakan ketepatan kata
3. Pasien
dapat melakukan kontak mata intermitten selama 5 menitdengan perawat dalam
waktu 1 minggu
Kriteria Evaluasi :
1. Pasien
dapat berkomunikasi dengan cara mendapat dimengerti oranglain
2. Pesan
non verbal pasien sesuai dengan verbalnya
3. Pasien
dapat mengetahui bahwa disorganisasi pikiran dan kelainankomunikasi verbal
terjadi pada saat adanya peningkatan ansietasmelakukan kontak kepada pasien
untuk memutuskan proses.
Intervensi :
1. Gunakan
tehnik validasi dan klarifikasi untuk mengerti pola komunikasipasien
2. Pertahankan
konsistensi perawat yang bertugas
3. Jelaskan
kepada pasien dengan cara yang dapat mengancambagaimana prilaku dan pembicaraannya
diterimia dan mungkin jugadihindari oleh orang lain
4. Antisipasi
dan penuhi kebutuhan pasien sampai pola komunikasi yangmemuaskan kembali
h.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan panik
Tujuan Umum :
Pasien mampu tidur dalam 30 menit istirahat dan
tidur 6-8 jam tanpa alat bantu tidur saat pulang
Tujuan Khusus :
1. Klien
mampu membina hubungan saling percaya
2. Klien
mampu mengenal prilaku panik
3. Klien
dapat tidur dalam 30 menit istirahat dan tidur 5 jam tanpaterbangun
Kriteria Evaluasi :
1. Klien
dapat tidur dalam 30 menit setelah istirahat
2. Klien
dapat tidur paling sedikit 6 jam berturut-turut
3. Pasien
dapat menggunakan sedatif untuk membantu tidur
Intervensi :
1. Buat
catatan secara rinci tentang pola tidur pasien
2. Berikan
obat-obatan anti psikotik sebelum tidur
3. Bantu
dengan tindakan-tindakan yang dapat menambah waktu tidur,kehangatan dan minuman
yang tidak merangsang
4. Lakukan
latihan relaksasi menggunakan musik yang lembut sebelumtidur mungkin membantu
5. Batasi
masukan minuman yang mengandung kafein
j.
Koping
individu tak efektif berhubungan dengan rendah diri
Tujuan Umum :
Klien dapat mendemonstrasikan lebih banyak
penggunaanketerampilan koping adaptif yang dibuktikan oleh adanyakesesuaian
antara interaksi dan keinginan untukberpartisipasi dalam masyarakat
Tujuan Khusus :
Pasien akan
mengembangkan rasa percaya kepada 1 orang perawatdalam 1 minggu
Kriteria Evaluasi :
1. Klien
dapat menilai situasi realistis dan tidak melakukan tindakanproyeksi
perasaannya dalam lingkungan tersebut
2. Klien
dapat mengakui dan mengklarifikasi kemungkinan salahinterpretasi terhadap
prilaku dan perkataan orang lain
3. Klien
dapat berinteraksi secara kooperatif
Intervensi :
1. Bina
hubungan saling percaya
2. Hindari
kontak fisik
3. Motivasi
klien untuk mengatakan perasaan yang sebenarnya danperawat menghindari sikap
penolakan terhadap perasaan marah pasien
4. Jangan
berikan kegiatan yang bersifat kompetitif.
BAB III
P
E N U T U P
Berdasarkan uraian diatas mengenai halusinasi dan
pelaksanaan asuhankeperawatan terhadap pasien, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagaiberikut :
1. Saat
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasiditemukan adanya
perilaku menarik diri sehingga perlu dilakukan pendekatansecara terus menerus,
membina hubungan saling percaya yang dapatmenciptakan suasana terapeutik dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan yangdiberikan.
2. Dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien khususnya denganhalusinasi, pasien
sangat membutuhkan kehadiran keluarga sebagai systempendukung yang mengerti
keadaaan dan permasalahan dirinya. Disamping ituperawat / petugas kesehatan
juga membutuhkan kehadiran keluarga dalammemberikan data yang diperlukan dan membina
kerjasama dalam memberiperawatan pada pasien. Dalam hal ini penulis dapat
menyimpulkan bahwaperan serta keluarga merupakan faktor penting dalam proses
penyembuhanklien.
Saran-saran
1. Dalam
memberikan asuhan keperawatan hendaknya perawat mengikutilangkah-langkah proses
keperawatan dan melaksanakannya secara sistematisdan tertulis agar tindakan
berhasil dengan optimal
2. Dalam
menangani kasus halusinasi hendaknya perawat melakukanpendekatan secara
bertahap dan terus menerus untuk membina hubungansaling percaya antara perawat
klien sehingga tercipta suasana terapeutikdalam pelaksanaan asuhan keperawatan
yang diberikan
3. Bagi
keluarga klien hendaknya sering mengunjungi klien dirumah sakit,sehingga
keluarga dapat mengetahui perkembangan kondisi klien dan dapatmembantu perawat
bekerja sama dalam pemberian asuhan keperawatan bagiklien.
DAFTAR
PUSTAKA
Directorat Kesehatan Jiwa, Dit. Jen Yan. Kes. Dep.
Kes R.I.
Keperawatan Jiwa. Teoridan Tindakan Keperawatan
Jiwa,Jakarta, 2000
Keliat Budi, Anna,Peran Serta Keluarga Dalam
Perawatan Klien Gangguan Jiwa,EGC,Jakarta, 1995
Keliat Budi Anna, dkk,Proses Keperawatan Jiwa,EGC,
Jakarta, 1987
Maramis, W.F,Ilmu Kedokteran Jiwa,Erlangga
Universitas Press, Surabaya, 1990
Rasmun,Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri
Terintegrasi dengan Keluarga,CV.
Sagung Seto, Jakarta, 2001.Residen Bagian Psikiatri
UCLA,Buku Saku Psikiatri,EGC, 1997
Stuart & Sunden,Pocket Guide to Psychiatric
Nursing,EGC, Jakarta, 199
Mbak atau mas sebelumnya terima kasih karena materix sngat bermanfaat. Tapi sya ingin meluruskan sja ada yg tidak sesuai di postingan mbak atau mas. Bukankah dx jiwa itu berdiri sndiri gk b.d. nya..
BalasHapus