Kamis, 07 November 2013

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA HALUSINASI


MAKALAH KEPERAWATAN JIWA
HALUSINASI






DI SUSUN OLEH :
1.      RENNY BERTILIA
2.      RETNO DIAN PALUPI
3.      RINA WINDARI
4.      RIZKA SAFITRI

TINGKAT II NON REGULER 2


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penyusun masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul Halusinasi ini disusun untuk memenuhi tugas mahasiswa dari mata kuliah  Keperawatan Jiwa Idi Jurusan Keperawatan Tanjungkarang.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Ibu Sulastri dosen mata kuliahKeperawatan Jiwa I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya makalah ini.
2.      Rekan-rekan dan semua pihak yag telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan pembaca.

Bandar Lampung, 15 September  2013

                                               Penyusun






DAFTAR ISI


Halaman Judul......................................................................................................... 1
Kata Pengantar........................................................................................................ 2
Daftar Isi................................................................................................................... 3
BAB I. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang............................................................................................         5
1.2  Rumusan Masalah............................................................................................... 5         
1.3  Tujuan Masalah ......................................................................................... ..       5         
BAB II. LANDASAN TEORI
2.1  Pengertian........................................................................................................... 6
2.1.1 Persepsi............................................................................................. ........ 6
2.1.2 Halusinasi ........................................................................................ ........ 6
2.1.3 Konsep dasar halusinasi.................................................................... ........ 6
2.2.4 Etiologi............................................................................................. ........ 6
2.3.5 Psikopatologi.................................................................................... ........ 7
2.4.6 Manifestasi Klinik............................................................................ ........ 7
2.2 Asuhan Keperawatan Gangguan Halusinasi.............................................. ........ 8
2.3 Diagnosa Keperawatan........................................................................................ 10
2.4 Perencanaan Tindakan......................................................................................... 10
BAB III. PENUTUP
3.1  Kesimpulan......................................................................................................... 19
3.2 Saran.................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................                     20





















BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi.Bentukhalusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang palingsering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna.Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau yangdialamatkan pada pasien itu.Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengansuara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar ataubicara keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnyabergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari setiaptubuh atau diluar tubuhnya.Halusinasi ini kadang-kadang menyenangkan misalnyabersifat tiduran, ancaman dan lain-lain.
Persepsimerupakan respon dari reseptor sensoris terhadap stimulus esksternal,juga pengenalan dan pemahaman terhadap sensoris yang diinterpretasikan olehstimulus yang diterima.Jika diliputi rasa kecemasan yang berat maka kemampuanuntuk menilai realita dapat terganggu.Persepsi mengacu pada respon reseptorsensoris terhadap stimulus. Persepsi juga melibatkan kognitif dan pengertianemosional akan objek yang dirasakan. Gangguan persepsi dapat terjadi pada prosessensori penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan.
Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat ditemukanpada pasien gangguan jiwa seperti: Skizoprenia, Depresi, Delirium dan kondisi yangberhubungan dengan penggunaan alcohol dan substansi lingkungan.Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien dirumah sakit jiwa Medan ditemukan85% pasien dengan kasus halusinasi.
Sehingga penulis merasa tertarik untuk menuliskasus tersebut dengan pemberian Asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampaidengan evaluasi.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan persepsi ?
2.      Apa yang dimaksud dengan halusinasi ?
3.      Apa yang dimaksud dengan psikopatologi ?
4.      Bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan jiwa kepada klien ?
1.3 Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui devinisi persepsi
2.      Untuk mengetahui devinisi halusinasi
3.      Untuk mengetahui devinisi psikopatologi
4.      Untuk mengetahui cara memberikan asuhan keperawatan jiwa kepada klie
BAB II
LANDASAN TEORI

A. KONSEP DASAR GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
2. 1. PENGERTIAN
2.1.1 Persepsi
Adalah proses diterimanya rangsang sampai rangsang itu disadari dandimengerti penginderaan/sensasi : proses penerimaan rangsang. Jadigangguan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam membedakanantara rangsang yang timbul dari sumber internal seperti pikiran, perasaan,sensasi somatik dengan impuls dan stimulus eksternal.Dengan maksudbahwa manusia masih mempunyai kemampuan dalam membandingkan danmengenal mana yang merupakan respon dari luar dirinya.Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antarafantasi dan kenyataaan. Mereka dalap menggunakan proses pikir yanglogis, membedakan dengan pengalaman dan dapat memvalidasikan sertamengevaluasinya secara akurat. Jika ego diliputi rasa kecemasan yangberat maka kemampuan untuk menilai realitas dapat terganggu.Persepsimengacu pada respon reseptor sensoris terhadap stimulus eksternal.Misalnya sensoris terhadap rangsang, pengenalan dan pengertian akanperasaan seperti : ucapan orang, objek atau pemikiran. Persepsimelibatkan kognitif dan pengertian emosional akan objek yang dirasakan.Gangguan persepsi dapat terjadi pada proses sensoris dari pendengaran,penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan. Gangguan ini dapatbersifat ringan, berat, sementara atau lama. (Harber, Judith, 1987, hal725)
2.1.2 Halusinasi
Merupakan salah satu gangguan persepsi, dimana terjadi pengalamanpanca indera tanpa adanya rangsangan sensorik (persepsi indra yangsalah). Menurut Cook dan Fotaine (1987), halusinasi adalah persepsisensorik tentang suatu objek, gambaran dan pikiran yang sering terjaditanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua systempenginderaan (pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan ataupengecapan), sedangkan menurut Wilson (1983), halusinasi adalahgangguan penyerapan/persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dariluar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada saatkesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan tersebutterjadi pada saat klien dapat menerima rangsangan dari luar dan dariindividu. Dengan kata lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidaknyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan.
E T I O L O G I
Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi dapat terjadi padaklien dengan gangguan jiwa seperti skizoprenia, depresi atau keadaandelirium, demensia dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaanalkohol dan substansi lainnya. Halusinasi adapat juga terjadi denganepilepsi, kondisi infeksi sistemik dengan gangguan metabolik. Halusinasijuga dapat dialami sebagai efek samping dari berbagai pengobatan yangmeliputi anti depresi, anti kolinergik, anti inflamasi dan antibiotik,sedangkan obat-obatan halusinogenik dapat membuat terjadinya halusinasisama seperti pemberian obat diatas. Halusinasi dapat juga terjadi pada saat
2.1.3. PSIKOPATOLOGI
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguanpersepsi.Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising ataumendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalambentuk kalimat yang agak sempurna.Biasanya kalimat tadi membicarakanmengenai keadaan pasien sendiri atau yang dialamatkan pada pasien itu,akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu.Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap mendengar atau bicara-bicarasendiri atau bibirnya bergerak-gerak.Psikopatologi dari halusinasi yang pasti belum diketahui. Banyak teoriyang diajukan yang menekankan pentingnya faktor-faktor psikologik,fisiologik dan lain-lain.Ada yang mengatakan bahwa dalam keadaan terjagayang normal otak dibombardir oleh aliran stimulus yang yang datang daridalam tubuh ataupun dari luar tubuh.Input ini akan menginhibisi persepsiyang lebih dari munculnya ke alam sadar.Bila input ini dilemahkan atautidak ada sama sekali seperti yang kita jumpai pada keadaan normal ataupatologis,maka materi-materi yang ada dalam unconsicisus atau preconsciousbisa dilepaskan dalam bentuk halusinasi.Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai dengan adanyakeinginan yang direpresi ke unconsicious dan kemudian karena sudah retaknyakepribadian dan rusaknya daya menilai realitas maka keinginan tadidiproyeksikan keluar dalam bentuk stimulus eksterna.
MANIFESTASI KLINIK
Tahap I
·         Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
·         Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
·         Gerakan mata yang cepat
·         Respon verbal yang lambat
·         Diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan
Tahap II
·         Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnyapeningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah
·         Penyempitan kemampuan konsenstrasi
·         Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan kemampuanuntuk membedakan antara halusinasi dengan realitas.

Tahap III
·         Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya daripada menolaknya
·         Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain
·         Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik
·         Gejala fisik dari ansietas berat seperti berkeringat, tremor,ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk
Tahap IV
·         Prilaku menyerang teror seperti panik
·         Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain
·         Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk, agitasi,menarik diri atau katatonik
·         Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks
·         Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang

B. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI :
HALUSINASI
Klien yang mengalami halusinasi sukar untuk mengontrol diri dan sukaruntuk berhubungan dengan orang lain. Untuk itu perawat harus mempunyaikesadaran yang tinggi agar dapat mengenal, menerima dan mengevaluasiperasaan sendiri sehingga dapat menggunakan dirinya secara terapeutik dalammemberikan asuhan keperawatan terhadap klien halusinasi perawat harusbersikap jujur, empati, terbuka dan selalu memberi penghargaan namun tidakboleh tenggelam juga menyangkal halusinasi yang klien alami. Asuhankeperawatan tersebut dimulai dari tahap pengkajian sampai dengan evaluasi.
1. Pengkajian
Pada tahap ini perawat menggali faktor-faktor yang ada dibawah ini yaitu :
a. Faktor predisposisi.
Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yangdapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya, mengenai factorperkembangan sosial kultural, biokimia, psikologis dan genetik yaitu factorresiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapatdibangkitkan oleh individu untuk mengatasistress.
b. Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubunganinterpersonal terganggu maka individu akan mengalami stress dankecemasan
c. Faktor Sosiokultural
Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan seorang merasadisingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat klien dibesarkan.
d. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Denganadanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuhakan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimiaseperti Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP)
Prilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,perasaan tidak aman, gelisah dan bingung, prilaku merusak diri, kurangperhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapatmembedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut Rawlins danHeacock, 1993 mencoba memecahkan masalah halusinasi berlandaskanatas hakekat keberadaan seorang individu sebagai mahkluk yang dibangunatas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapatdilihat dari lima dimensi yaitu :
1. Dimensi Fisik
Manusia dibangun oleh sistem indera untuk menanggapirangsang eksternal yang diberikan oleh lingkungannya.Halusinasi dapatditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luarbiasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasialkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.
2. Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidakdapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi.Isi darihalusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan.Klien tidaksanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisitersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3. Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individudengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego.Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untukmelawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yangmenimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatianklien dan tak jarang akan mengontrol semua prilaku klien.
4. Dimensi Sosial
Dimensi sosial pada individu dengan halusinasi menunjukkanadanya kecenderungan untuk menyendiri. Individu asyik denganhalusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhikebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidakdidapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem controloleh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupaancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung untuk itu. Olehkarena itu, aspek penting dalam melaksanakan intervensi keperawatanklien dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang menimbulkanpengalaman interpersonal yang memuaskan, serta mengusakan klientidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi denganlingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.
5. Dimensi Spiritual
Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial, sehinggainteraksi dengan manusia lainnya merupakan kebutuhan yangmendasar. Pada individu tersebut cenderung menyendiri hingga prosesdiatas tidak terjadi, individu tidak sadar dengan keberadaannya danhalusinasi menjadi sistem kontrol dalam individu tersebut. Saathalusinasi menguasai dirinya individu kehilangan kontrol kehidupandirinya.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Masalah yang dapat dirumuskan pada umumnya bersumber dari apayang klien perlihatkan sampai dengan adanya halusinasi dan perubahan yangpenting dari respon klien terhadap halusinasi.
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi pad aklien denganhalusinasi adalah sebagai berikut :
a.       Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungandengan halusinasi
b.      Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik diri
c.       Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
d.      Defisit perawatan diri : Mandi/kebersihan berhubungan denganketidakmampuan dalam merawat diri
e.       Perubahan proses pikir : Waham berhubungan dengan harga diri rendahkronis
f.       Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif berhubungan dengan kopingkeluarga takefektif
g.      Kerusakan komunikasi verbal
h.      Gangguan pola tidur berhubungan dengan halusinasi
i.         Koping individu tidak efektif



PERENCANAAN TINDAKAN
 Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungandengan halusinasi
Tujuan Umum : Tidak terjadi perilaku kekerasan pada diri sendiri dan oranglain.
Tujuan khusus :
1.      Klien dapat membina hubungan saling percaya
2.      Klien dapat mengenal halusinasinya
3.      Klien dapat mengontrol halusinasinya
4.      Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya
5.      Klien dapat menggunakan obat untuk mengontrol halusinasinya
Kriteria Evaluasi :
Klien dapat :
1.      Mengungkapkan perasaannya dalam keadaan saat ini secara verbal
2.      Menyebutkan tindakan yang biasa dilakukan saat halusinasi, caramemutuskan halusinasi dan melaksanakan cara yang efektif bagi klienuntuk digunakan
3.      Menggunakan keluarga untuk mengontrol halusinasi dengan cara seringberinteraksi dengan keluarga
4.      Menggunakan obat dengan benar
Intervensi :
1.1. Bina Hubungan saling percaya
·                     Salam terapeutik
·                     Perkenalkan diri
·                     Jelaskan tujuan interaksi
·                     Ciptakan lingkungan yang tenang
·                     Buat kontrak yang jelas
1.1.       Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
1.2.       Dengarkan ungkapan klien dengan empati
1.3.       Adakan kontak secara singkat tetapi sering secara bertahap (waktudisesuaikan dengan kondisi klien)
1.4.       Observasi tingkah laku : verbal dan non verbal yang berhubungandengan halusinasi
1.5.       Jelaskan pada klien tanda-tanda halusinasi dengan menggambarkantingkah laku halusinasi
1.6.       Identifikasi bersama klien situasi yang menimbulkan dan tidakmenimbulkan halusinasi, isi, waktu, frekuensi
1.7.       Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya saatalami halusinasi.
1.8.        Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan bila sedangmengalami halusinasi.
1.9.        Diskusikan cara-cara memutuskan halusinasi
1.10.    Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan caramemutuskan halusinasi yang sesuaidengan klien
1.11.    Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok
b. Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik diri
Tujuan Umum :
Klien mampu mengontrol halusinasinya
Tujuan Khusus :
1.      Klien mampu membina hubungan saling percaya
2.      Klien mampu mengenal prilaku menarik dirinya, misalnya menyebutkanperilaku menarik diri
3.      Klien mampu mengadakan hubungan/sosialisasi dengan orang lain :perawat atau klien lain secara bertahap
4.      Klien dapat menggunakan keluarga dalam mengembangkankemampuan berhubungan dengan orang lain
Kriteria Evaluasi :
1.      Klien dapat dan mau berjabat tangan. Dengan perawat maumenyebutkan nama, mau memanggil nama perawat dan mau dudukbersama
2.      Klien dapat menyebutkan penyebab klien menarik diri
3.      Klien mau berhubungan dengan orang lain
4.      Setelah dilakukan kunjungan rumah klien dapat berhubungan secarabertahap dengan keluarga
Intervensi :
1.1. Bina hubungan saling percaya
·                     Buat kontrak dengan klien
·                     Lakukan perkenalan
·                     Panggil nama kesukaan
·                     Ajak klien bercakap-cakap dengan ramah
2.1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya serta beri kesempatan pada klien mengungkapkanperasaan penyebab klien tidak mau bergaul/menarik diri
2.2. Jelaskan pada klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda sertayang mungkin jadipenyebab
c. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
Tujuan Umum :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secarabertahap
Tujuan Khusus :
Klien dapat :
1.      Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
2.      Menilai kemampuan diri yang dapat dipergunakan
3.      Klien mampu mengevaluasi diri
4.      Klien mampu membuat perencanaan yang realistik untuk dirinya
5.      Klien mampu bertanggung jawab dalam tindakan
Kriteria Evaluasi :
1.      Klien dapat menyebut minimal 2 aspek positip dari segi fisik
2.      Klien dapat menyebutkan koping yang dapat digunakan
3.      Klien dapat menyebutkan efektifitas koping yang dipergunakan
4.      Klien mampu memulai mengevaluasi diri
5.      Klien mampu membuat perencanaan yang realistik sesuai dengankemampuan yang ada pada dirinya
6.      Klien bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang dilakukan sesuaidengan rencanan
Intervensi :
1.1. Dorong klien untuk menyebutkan aspek positip yang ada padadirinya dari segi fisik
1.2. Diskusikan dengan klien tentang harapan-harapannya
1.3. Diskusikan dengan klien keterampilannya yang menonjol selama dirumah dan di rumah sakit
1.4. Berikan pujian
d. Defisit perawatan diri : Mandi / kebersihan diri berhubungan denganketidak mampuan dalam merawat diri
Tujuan Umum :
Klien mampu melaksanakan perawatan diri dengan baiksehingga penampilan diri adekuat
Tujuan Khusus :
Klien mampu :
1.      Menjelaskan arti, tujuan, tanda-tanda kebersihan diri
2.      Mengidentifikasi kebersihan dirinya
3.      Menjelasakan cara-cara membersihkan dirinya
4.      Melakukan perawatan diri dengan bantuan perawat
5.      Melakukan perawatan diri secara mandiri
6.      Memberdayakan sistem pendukung untuk meningkatkan perawatan diri

Kriteria Evaluasi :
Klien mampu :
1.      Menyebutkan arti kebersihan diri
2.      Menyebutkan tujuan kebersihan diri (untuk memelihara kesehatantubuh dan badan terasa segar/nyaman)
3.      Menyebutkan tanda-tanda kebersihan diri : kulit tidak ada daki dantidak berbau, rambut tidak ada ketombe, kutu, tidak ada bau dantersisir rapi, kuku pendek dan bersih, mulut/gigi tidak bau, genitaliatidak gatal dan mata tidak ada kotoran
4.      Menilai keadaan kebersihan dirinya
5.      Menyebutkan cara-cara membersihkan diri dari rambut sampai kaki
6.      Mendemonstrasikan cara membersihkan diri secara benar denganbantuan perawat
7.      Melakukan perawatan diri secara mandiri dengan benar dan tersusunjadwal kegiatan untuk kebersihan diri
8.      Keluarga mampu menyebutkan cara meningkatkan kebersihan diri kliendan keluarga dapat membantu/terlibat aktif dalam memeliharakebersihan diri
Intervensi :
1.1. Dorong klien untuk menyebutkan arti, tujuan dan tanda-tandakebersihan diri
1.2. Diskusikan tentang arti, tujuan, tanda-tanda kebersihan diri
1.3. Dengarkan keluahan klien dengan penuh perhatian dan empati
1.4. Berikan pujian apabila klien menyebutkan secara benar
e. Perubahan proses pikir : Waham somatis berhubungan dengan harga dirirendah kronis
Tujuan Umum :
Klien mampu berhubungan dengan orang lain tanpamerasa rendah diri
Tujuan Khusus :
1.      Klien dapat memperluas kesadaran diri
2.      Klien dapat menyelidiki dirinya
3.      Klien dapat mengevaluasi dirinya
4.      Klien dapat membuat rencana yang realistis
5.      Klien mendapat dukungan keluarga yang meningkatkan harga dirinya
Kriteria Evaluasi :
1.      Klien dapat menyebutkan kemampuan yang ada pada dirinya setelah 1kali pertemuan
2.      Klien dapat menyebutkan kelemahan yang dimiliki dan tidak menjadihalangan untuk mencapai keberhasilan
3.      Klien dapat menyebutkan cita-cita dan harapan yang sesuai dengankemampuannya setelah 1 kali pertemuan
4.      Klien dapat menyebutkan keberhasilan yang pernah dialami setelah 1kali pertemuan
5.      Klien dapat menyebutkan kegagalan yang pernah dialami setelah 4 kalipertemuan
6.      Klien dapat menyebutkan tujuan yang ingin dicapai setelah 1 kalipertemuan
7.      Klien dapat membuat keputusan dan mencapai tujuan setelah 1 kalipertemuan
8.      Keluarga dapat menyebutkan tanda-tanda harga diri rendah :
·            Mengatakan diri tidak berharga
·            Tidak berguna dan tidak mampu
·            Pesimis
·            Menarik diri dari realita
9.      Keluarga dapat berespon dan memperlakukan klien dengan harga dirirendah secara tepat setelah 2 kali pertemuan
Intervensi :
1.      Diskusikai dengan klien kelebihan yang dimiliknya
2.      Diskusikan kelemahan yang dimilik klien
3.      Beritahu klien bahwa manusia tidak ada yang sempurna,semua memiliki kelebihan dan kekurangan
4.      Beritahu klien bahwa kekurangan bisa ditutup dengankelebihan yang dimiliki
5.      Anjurkan klien untuk lebih meningkatkan kelebihan yangdimiliki
6.      Beritahukan klien bahwa ada hikmah dibalik kekuranganyang dimiliki
7.      Diskusikan dengan klien ideal dirinya : Apa harapanselama di RS, rencana klien setelah pulang dan apa cita-cita yang ingin dicapai
f. Penatalaksanaan regimen teraupetik inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat klien
Tujuan Umum :Penatalaksanaan regimen teraupetik efektif
Tujuan Khusus:
1.      Keluarga dapat mengetahui masalah yang ditemukan dalam merawatklien di rumah dengan cara mengungkapkan perasaannya
2.      Keluarga dapat mengambil keputusan untuk melakukan tindakankesehatan dalam merawat klien dengan mengidentifikasikan sumber-sumber koping yang dimiliki
3.      Keluarga dapat menggunakan koping yang telah dipilih dalam merawatanggota keluarga yang sakit
4.      Keluarga dapat memodifikasi lingkungan keluarga yang sehat dalammerawat klien di rumah
5.      Keluarga dapat memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang adadi masyarakat
Kriteria Evaluasi :
1.      Keluarga mengungkapkan perasaannya secara verbal
2.      Keluarga mengidentifikasi sumber-sumber koping yang ada
3.      Keluarga mengungkapkan secara verbal koping apa yang akan dipilih
4.      Keluarga mengidentifikasi lingkungan yang sehat dalam merawat klien
5.      Keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang adadimasyarakat.
Intervensi :
1.1. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga dan anggota
keluarga yang lain :
·               Terima anggota keluarg apa adanya
·               Dengarkan keluhan keluarga dengan empati
·               Hindari respon mengkritik/menyalahkan saat keluargamengekspresikan perasaannya
1.2. Buat kontrak dengan keluarga untuk bertemu (home visite) yaitu :
·               Jelaskan tujuan kunjungan
·               Jelaskan identitas perawat
1.3. Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya dalammerawat klien
1.4. Jelaskan pada keluarga tentang berbagai cara yang adaptif dalammerawat klien seperti :
·  Bersikap asertif
·  Komunikasi terbuka
·  Tidak bermusuhan/mengkritik
Memenuhi kebutuhan klien yang masih dapat ditoleransi seperti :
·  pakaian, alat-alat kebersihan diri
·  Libatkan klien dalam kegiatan keluarga
1.5. Motivasi keluarga untuk menerima klien apa adanya dengan cara :
·  Tidak mengeluarkan kata-kata yang mengejek dan merendahkan
·  Membantu klien dalam diskusi keluarga
·  Menghargai klien dan memuji setiap usaha yang adaptif
g. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan menarik diri
Tujuan Umum :
Pasien dapat menunjukkan kemampuan dalam melakukankomunikasi verbal dengan perawat dan sesama pasiendalam suatu lingkungan sosial dengan cara yang tepat
Tujuan Khusus :
1.      Pasien dapat menunjukkan kemampuan untuk bertahan pada satu topik
2.      Pasien dapat menggunakan ketepatan kata
3.      Pasien dapat melakukan kontak mata intermitten selama 5 menitdengan perawat dalam waktu 1 minggu

Kriteria Evaluasi :
1.      Pasien dapat berkomunikasi dengan cara mendapat dimengerti oranglain
2.      Pesan non verbal pasien sesuai dengan verbalnya
3.      Pasien dapat mengetahui bahwa disorganisasi pikiran dan kelainankomunikasi verbal terjadi pada saat adanya peningkatan ansietasmelakukan kontak kepada pasien untuk memutuskan proses.
Intervensi :
1.      Gunakan tehnik validasi dan klarifikasi untuk mengerti pola komunikasipasien
2.      Pertahankan konsistensi perawat yang bertugas
3.      Jelaskan kepada pasien dengan cara yang dapat mengancambagaimana prilaku dan pembicaraannya diterimia dan mungkin jugadihindari oleh orang lain
4.      Antisipasi dan penuhi kebutuhan pasien sampai pola komunikasi yangmemuaskan kembali
h. Gangguan pola tidur berhubungan dengan panik
Tujuan Umum :
Pasien mampu tidur dalam 30 menit istirahat dan tidur 6-8 jam tanpa alat bantu tidur saat pulang
Tujuan Khusus :
1.      Klien mampu membina hubungan saling percaya
2.      Klien mampu mengenal prilaku panik
3.      Klien dapat tidur dalam 30 menit istirahat dan tidur 5 jam tanpaterbangun
Kriteria Evaluasi :
1.      Klien dapat tidur dalam 30 menit setelah istirahat
2.      Klien dapat tidur paling sedikit 6 jam berturut-turut
3.      Pasien dapat menggunakan sedatif untuk membantu tidur
Intervensi :
1.      Buat catatan secara rinci tentang pola tidur pasien
2.      Berikan obat-obatan anti psikotik sebelum tidur
3.      Bantu dengan tindakan-tindakan yang dapat menambah waktu tidur,kehangatan dan minuman yang tidak merangsang
4.      Lakukan latihan relaksasi menggunakan musik yang lembut sebelumtidur mungkin membantu
5.      Batasi masukan minuman yang mengandung kafein


j.          Koping individu tak efektif berhubungan dengan rendah diri
Tujuan Umum :
Klien dapat mendemonstrasikan lebih banyak penggunaanketerampilan koping adaptif yang dibuktikan oleh adanyakesesuaian antara interaksi dan keinginan untukberpartisipasi dalam masyarakat
Tujuan Khusus :
 Pasien akan mengembangkan rasa percaya kepada 1 orang perawatdalam 1 minggu
Kriteria Evaluasi :
1.      Klien dapat menilai situasi realistis dan tidak melakukan tindakanproyeksi perasaannya dalam lingkungan tersebut
2.      Klien dapat mengakui dan mengklarifikasi kemungkinan salahinterpretasi terhadap prilaku dan perkataan orang lain
3.      Klien dapat berinteraksi secara kooperatif
Intervensi :
1.      Bina hubungan saling percaya
2.      Hindari kontak fisik
3.      Motivasi klien untuk mengatakan perasaan yang sebenarnya danperawat menghindari sikap penolakan terhadap perasaan marah pasien
4.      Jangan berikan kegiatan yang bersifat kompetitif.

















BAB III
P E N U T U P

Berdasarkan uraian diatas mengenai halusinasi dan pelaksanaan asuhankeperawatan terhadap pasien, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagaiberikut :
1.      Saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasiditemukan adanya perilaku menarik diri sehingga perlu dilakukan pendekatansecara terus menerus, membina hubungan saling percaya yang dapatmenciptakan suasana terapeutik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yangdiberikan.
2.      Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien khususnya denganhalusinasi, pasien sangat membutuhkan kehadiran keluarga sebagai systempendukung yang mengerti keadaaan dan permasalahan dirinya. Disamping ituperawat / petugas kesehatan juga membutuhkan kehadiran keluarga dalammemberikan data yang diperlukan dan membina kerjasama dalam memberiperawatan pada pasien. Dalam hal ini penulis dapat menyimpulkan bahwaperan serta keluarga merupakan faktor penting dalam proses penyembuhanklien.
Saran-saran
1.      Dalam memberikan asuhan keperawatan hendaknya perawat mengikutilangkah-langkah proses keperawatan dan melaksanakannya secara sistematisdan tertulis agar tindakan berhasil dengan optimal
2.      Dalam menangani kasus halusinasi hendaknya perawat melakukanpendekatan secara bertahap dan terus menerus untuk membina hubungansaling percaya antara perawat klien sehingga tercipta suasana terapeutikdalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan
3.      Bagi keluarga klien hendaknya sering mengunjungi klien dirumah sakit,sehingga keluarga dapat mengetahui perkembangan kondisi klien dan dapatmembantu perawat bekerja sama dalam pemberian asuhan keperawatan bagiklien.









DAFTAR PUSTAKA


Directorat Kesehatan Jiwa, Dit. Jen Yan. Kes. Dep. Kes R.I.
Keperawatan Jiwa. Teoridan Tindakan Keperawatan Jiwa,Jakarta, 2000
Keliat Budi, Anna,Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa,EGC,Jakarta, 1995
Keliat Budi Anna, dkk,Proses Keperawatan Jiwa,EGC, Jakarta, 1987
Maramis, W.F,Ilmu Kedokteran Jiwa,Erlangga Universitas Press, Surabaya, 1990
Rasmun,Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan Keluarga,CV.
Sagung Seto, Jakarta, 2001.Residen Bagian Psikiatri UCLA,Buku Saku Psikiatri,EGC, 1997
Stuart & Sunden,Pocket Guide to Psychiatric Nursing,EGC, Jakarta, 199


1 komentar:

  1. Mbak atau mas sebelumnya terima kasih karena materix sngat bermanfaat. Tapi sya ingin meluruskan sja ada yg tidak sesuai di postingan mbak atau mas. Bukankah dx jiwa itu berdiri sndiri gk b.d. nya..

    BalasHapus